Jumat, 17 September 2010

Julia Perez Sekwilda Depok?

Hiruk pikuk pemilukada Depok, Oktober tahun ini nyaris tak seheboh seperti daerah lain. Pasalnya tak ada sosok kontroversial yang maju sebagai kandidat. Belakangan muncul rumors yang berkembang bahwa Julia Perez disebut-sebut bakal meramaikan panggung politik di Kota depok yang memang sedang adem ayem ini.

Menarik untuk disimak kiprah Julia Perez dalam pusaran politik beberapa tahun ini.
Setelah berhasil menggaet Gaston Castanyo -pesepakbola imigran yang merumput di Liga Super- Julia Perez pernah memikat politisi lokal Pacitan. Menjelang pemilukada tahun ini, namanya digadang-gadang untuk disandingkan dengan politisi dari beberapa aliansi partai gurem di sana sebagai orang nomor satu di tanah kelahiran SBY itu.

Awalnya Jupe –begitu biasa ia disapa- tak begitu menganggap rumor itu serius. Sebagai pesohor tentunya ia mahfum dengan strategi membuat issu agar diendus media. Namun akibat dihubungi oleh seorang artis senior yang belakangan diketahui bernama Reny Jayusman, Jupe tak bisa menampik tawaran itu. Kali ini Mbak Reni Jayusman memang sedang tidak jayus man! Ia benar-benar sedang serius. Seorang petinggi parpol di Pacitan yang kebetulan dekat Reny-lah yang menghubungi Jupe.

Sebelum maju menjadi cabup, sempat beredar transkrip pembicaraan antara Jupe dan tokoh parpol lokal. Berikut petikan transkrip rekaman pembicaraannya,
“Mbak Jupe…bagaimana siap untuk dicalonkan menjadi Bupati Pacitan?” tanya petinggi parpol tersebut.
“Saya tak kuasa menolak Mas kalau memang itu keinginan rakyat” jawab Jupe diplomatis.
“Sebenarnya ini keinginan arus bawah mbak…kita bukan hanya ingin memanfaatkan popularitas mbak semata,” petinggi parpol itu mencoba menyakinkan Jupe.
Jupe terdiam sejenak, pikirannya lantas melambung. “Ah…apakah ini benar keinginan arus bawah masyarakat atau arus bawah si bapak ini yang sudah kadung nafsu sama saya ya?” gumam Jupe dalam hati. Jemarinya terus memain-mainkan kabel telepon.
“Oke mbak jadi kapan kita bisa ketemu untuk berbicara lebih panjang?” desak suara dari ujung sana.
Jupe lantas sewot dan mencak-mencak, “Eh mas tolong ucapannya diralat ya! Kalau mau ketemu saya bukan untuk membicarakan yang lebih panjang, orang ketemu saya untuk membicarakan dan melihat yang lebih besar!”
Jupe pun menutup telepon dengan perasaan yang masih dongkol.
Akhirnya melalui serangkaian pendekatan yang intensif, pertemuan antara petinggi parpol dan tim sukses Jupe pun digelar. Para pemburu berita yang sedari tadi menunggu preskon akhirnya dapat bernafas dengan lega ketika salah seorang tim sukses merapikan meja. “Ehm maaf mas, jadi kapan jumpa persnya ya?” tanya salah seorang wartawan.
“Oh maaf mas saya cuma housekeeping” ucapnya sambil tersenyum simpul
Para wartawan kembali duduk-duduk diteras sambil menunduk. Rupanya bukan osteoporosis yang menyebabkan banyak di antara wartawan mengalami kelainan tulang punggung. Mereka tampaknya sedang sibuk ketrak-ketrik dengan telepon qwerty hanya untuk update statusnya di facebook dan twitter.

Jupe akhirnya angkat bicara. Tim suksesnya bahkan sengaja membalutnya dengan busana blazer ala Evita Peron agar kelihatan anggun. Bajunya bahkan kini nyaris sopan dan tidak kekurangan bahan lagi. Salah seorang wartawan bertanya, “Jup..Jup apakah anda memiliki pengalaman di birokrasi sebagai bekal menjadi pejabat publik?”
Jupe dengan tenang menjawab, “Saya adalah wanita yang paling memiliki pengalaman dan sejarah di birokrasi yang cukup lama. ”
“Waktu perceraian saya dengan pria asal Perancis saya sudah di birokrasi, saat mengalami pelakuan tak menyenangkan dengan ayah kandung saya, saya sudah di birokrasi…” ucapnya lirih sambil menahan air mata.
Para wartawan agak bingung dibuatnya. Sesekali diantara para wartawan menoleh kepada rekannya yang lain pertanda bingung.
“Maksudnya apa mbak, kami nggak ngerti!” salah seorang wartawan memberanikan bertanya.
“Eh..kalian wartawan infotainment gak pernah ikut diklat PWI ya?” serobot Jupe.
“ Pengalaman saya di birokrasi ya itu tadi, saya pernah di birokrasi alias di bikin robek karena dikerasi. .gimana apa mesti saya jelaskan lagi? Semprull!!”
Wartawan semakin bingung, belum sempat ditanya Jupe kahirnya nyerocos lagi,
“Nih denger ya..waktu nikah kan anu saya (maksud saya perasaan saya) di bikin robek karena dikerasi sama suami saya. Dia ternyata tak sebaik yang saya kira. Saat berumah tangga hati saya kembali di birokrasi alias di dibikin robek oleh suami saya. Tak cuma dikerasi saya malah, dilempari, ditampari, di-KDRT-i .Belum lagi waktu ayah kandung saya mau bunuh saya dan ibu saya….Bikin statement yang menyakiti di televisi, coba sudah di birokrasi apa lagi yang belum saya lakoni!!” tutur Jupe sambil berlinang air mata.

Para wartawan semua terdiam. Suasana mendadak hening. Dari belakang muncul perlahan suara tepuk tangan. Plok..Plok..satu dua tepuk tangan menyusul. Sayup-sayup tepuk tangan bergemuruh dan akhirnya membahana. Semua yang hadir pun ikut berdiri.
Esok hari headline koran dan tabloid mengangkat soal Julia Perez Bupati Pacitan. Sontak seantero negeri jadi gusar. Pihak yang kontra mengeluarkan pernyataan lebih pedas, “Pezina dilarang menjadi pemimpin!” Namun tak sedikit pula yang mendukung pemilik nama asli Yuliana Rahmawati ini.
Kaum pendukung Jupe meneriakkah yel-yel “Jupe Campeone..! Jupe Scudetto…!” oh maaf ini tampaknya pendukung Jupentus.

Sayang geliat semangat Jupe ternyata berhenti sudah. entah karena alasan apa, namanya akhirnya redup dan nyaris tak terdegar lagi.
Padahal tak ada alasan untuk tidak mendukung Julia Perez menjadi Bupati Pacitan. Orang-orang yang menolaknya adalah kaum munafik. Bukankah sedari awal kemunculannya Jupe sudah Bupati Pacitan? Mengapa baru sekarang dipertentangkan.

Lihatlah rekam jejak Jupe di panggung hiburan yang di awalinya dengan bupati pacitan alias buka paha tinggi-tinggi pasti ciptakan tantangan. Tak cuma bupati pacitan yang dilakoninya, sekwilda depok alias sekitar wilayah dada depan montok pun telah melambungkan namanya. Tak banyak yang komentar kala itu.

Seandainya masyarakat kita cerdas pasti apa yang dijual Julia Perez akan tak laku di pasaran. Kemunculannya sebagai kandidat calon pemimpin masyarakat tak perlu dipertentangkan. Justru akan menjadi tolak ukur indeks pembangunan manusia pada masyarakat tersebut. Jika pemimpinnya perampok ya masyarakatnya ‘kan ndak jauh-jauh dari kaum pencopet, pengutil, pemgemplang dan lain sebangsanya.

Dukungan secara pribadi saya kepada Julia Perez untuk menjadi bupati memang mungkin terlambat, namun itu jauh lebih baik bagi Jupe. Alih-alih jualan lagu belah duren berbonus alat kontrasepsi, menjadi pemimpin masyarakat akan jauh lebih terhormat bagi Jupe untuk kembali pada jalan yang benar.
Sekiranya ia gagal menjadi bupati dan pundi-pundi kekayaannya sudah habis untuk ongkos politik dan biaya pelumas mesin parpol, masih ada peluang bagi Jupe merintis karir di dunia selebritas dari nol lagi. Misalnya dengan mengikuti lomba mirip artis semacam the Promotor Trans TV sebab menurut saya wajah, penampilan, gesture, Jupe sangat mirip sekali dengan Chef Farah Quinn yang terkenal itu.Dan semoga predikat Jupe sebagai Sekwilda Depok perlahan menghilang dari ingatan publik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

follow @atrahus