Senin, 15 Maret 2010

Polisi dan Guru

Sahabat guru Indonesia, saya ingin berbagi sedikit mengenai sebuah kisah antara polisi dan guru. Cerita ini sungguh bukan fiktif atau rekaan semata. Cerita ini sudah menjadi rahasia umum. Seorang sahabat guru kembali mengungkit masalah ini dan memaksa saya membuat tulisan ini. Pengalaman ini mungkin pernah Sahabat rasakan ketika anda ditilang oleh polisi. Banyak di antara polisi dan guru memilih jalan damai. Rasa pengertian yang mendalamlah yang juga membuat polisi tak pernah tega “meminta uang titipan” yang agak besar kepada yang ditilangnya. Polisi ini pun mahfum ketika Sahabat ditanya,” apa pekerjaan bapak/ibu?” lantas Sahabat menjawab, “saya guru Pak!”. Biasanya polisi itu terlihat mereda dan hilang kegalakannya. Hanya rasa iba yang mucul dari raut wajahnya.
O…beginilah cermin profil kebanyakan sahabat guru kita semua? Guru yang selalu diidentifikasi sebagai sosok yang menyedihkan, suram dan mengundang rasa iba? Bahkan seorang sahabat yang lain berbagi tips kepada temannya yang bukan berprofesi sebagai guru apabila ditilang polisi, “Bilang saja loe kerja jadi guru biar gak dipalak polisi!” ujarnya memberi saran.
Entah apa kita mesti patut berterima kasih atau malah terhina dengan sikap polisi seperti itu. Empati yang begitu besar ditunjukkan polisi kepada para guru mungkin didasarkan pada kesamaan nasib. Guru dan polisi sama-sama sebagai pelayan masyarakat yang mempunyai tanggung jawab besar namun dengan penghargaan yang sedikit. Polisi tampaknya menganut prinsip tepo seliro alias tenggang rasa yang amat besar pada para guru karena perasaan senasib itu.
Sahabat guru sekalian, sudah selayaknya pulalah kita memberika rasa apresiasi yang sama besar pula kepada para polisi sahabat kita.